Kamis, 06 Juni 2013
Rabu, 05 Juni 2013
Jurnal
Diposting oleh heart of sword di 23.43
Tugas Jurnal
Reza Taufik A.
21209504
4EB13
ANALISIS PENGARUH KURS EURO DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR,TBK.
ABSTRAK
Kondisi
perekonomian di Indonesia sedang dalam proses ke arah yang lebih baik meskipun
masih banyak rintangan dan tantangan yang akan menghalanginya. Rintangan yang
mungkin akan dihadapi adalah dari segi tingkat inflasi dan dari segi perubahan
kurs mata uang asing termasuk kurs euro. Adanya perubahan dari kedua variabel
tersebut mungkin akan membuat pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
perusahaan yang terdaftar di pasar modal, salah satunya PT.Indofood Sukses
Makmur, Tbk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan dari kedua variabel tersebut terhadap harga
saham perusahaan yang diteliti. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
analisis regresi linier berganda, termasuk uji-t dan uji-f yang datanya diolah
dengan menggunakan bantuan software SPSS v17.0. Hasil dari penelitian ini
adalah ditunjukkan dari hasil uji-t dan dari hasil uji-f dimana nilai dari
kedua variabel tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan
antara masing-masing variabel maupun secara bersamaan terhadap harga saham
PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk. dan hanya memiliki kontribusi atau pengaruh sebesar
22% yang diperoleh dari uji determinasi. Kesimpulan berdasarkan pada hasil
penelitian tersebut maka menunjukkan tidak adanya pengaruh dari kedua faktor
atau variabel tersebut terhadap harga saham perusahaan yang diteliti.
Kata
Kunci
: Kurs Euro, Tingkat Inflasi, Harga Saham
PENDAHULUAN
Dalam
era globalisasi yang ditandai oleh semakin meningkatnya berbagai macam jenis
transaksi ekonomi dan keuangan dari sektor perbankan, sektor perindustrian, dan
sektor lainnya, kondisi perekonomian di Indonesia sedang dalam proses perubahan
ke arah yang lebih baik meskipun masih banyak rintangan dan tantangan yang akan
menghalangi untuk mencapai perekonomian yang sesuai dengan harapan. Rintangan
yang mungkin akan dihadapi oleh perekonomian Indonesia adalah dari segi tingkat
inflasi yang akan terus menerus berubah dari waktu ke waktu dan juga dari segi
perubahan kurs mata uang asing yang akan selalu mempengaruhi nilai tukar rupiah
serta mengakibatkan pergeseran dari harga saham yang diperdagangkan pada pasar
modal yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adanya perubahan dari kedua
faktor tersebut mungkin akan membuat pengaruh yang signifikan bagi para
investor atau debitur yang ingin menanamkan modal ataupun dananya pada saham
yang ditunjuknya untuk dapat menghasilkan keuntungan.
Inflasi dapat merubah sistem
perekonomian suatu negara baik yang sedang dalam kondisi baik terlebih lagi
yang sedang dalam kondisi yang buruk dan dampaknya dapat meluas hingga
mengakibatkan krisis seperti yang telah dialami oleh pemerintahan Indonesia
pada tahun 1998 dan menjadikan harga-harga mengalami kenaikan serta membuat
banyak perusahaan atau lembaga yang bangkrut akibat terjadinya inflasi
tersebut.
Kurs mata uang asing yang mungkin sering
diteliti untuk dijadikan acuan dalam nilai tukar rupiah adalah kurs dollar,
tetapi mungkin saja ada satu lagi yang masih bisa dibahas untuk mengikuti
perkembangan perekonomian global yaitu kurs euro yang merupakan gabungan dari
beberapa mata uang negara-negara di benua Eropa yang dijadikan sebagai pusat
pertukaran mata uang di Eropa saat ini. Pergerakan kurs euro yang semakin
tinggi terhadap kurs dollar akan mempengaruhi nilai tukar rupiah dan juga
perubahan dari harga saham perusahaan-perusahaan yang terdapat di pasar modal,
terutama perusahaan yang berada pada sektor industri, salah satunya yang
bergerak pada sektor industri makanan seperti PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Perusahaan ini merupakan
perusahaan yang mengembangkan dan memproduksi berbagai macam produk-produk
makanan yang sampai sekarang terus melakukan inovasi untuk memperbaiki dan
memperbaharui produknya agar mendapatkan perhatian dan minat dari para konsumen
yang selama ini menjadi tujuannya. Dengan berupaya untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas dari produksi perusahaannya, perusahaan ini juga selalu mengikuti
perkembangan yang dilihat dari perubahan harga saham yang dimilikinya pada
pasar modal yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
Kurs
adalah perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lainnya. Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau
nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.
Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang
dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibuthkan, untuk memperoleh satu unit
mata uang asing. (Sadono Sukirno, 2008 : 397).
Munculnya mata uang Euro merupakan
fenomena berkembangnya sistem moneter internasional di negara-negara Eropa yang
berpengaruh terhadap sistem dan prosedur pembayaran internasional. Secara resmi
Euro diluncurkan sejak 1 Januari 1999 berlaku untuk sebagian besar
negara-negara di Eropa yang berpenduduk kurang lebih 290 juta jiwa yang
menyumbang sebesar 19,4% dari total nilai produk dunia. Peluncuran mata uang
Euro terjadi hampir empat dekade setelah pembentukan Pasar Bersama Eropa
(European Common Market) dan delapan tahun sejak Presiden Prancis Francois
Mitterand dan Kanselir Jerman Helmut Kohl yang mendesak pembentukan mata uang
tunggal Eropa (European Monetary Union = EMU) pada KTT Eropa di Maastricht.
Untuk mewujudkan mata uang tunggal Eropa ada lima kriteria dari keanggotaan
mata uang tunggal Eropa yang membolehkan negara-negara pendukungnya meleburkan
mata uang nasionalnya yaitu :
1. Stabilitas
harga yang ditandai dengan laju inflasi tidak melebihi angka 1,5% inflasi
terendah di tiga anggota EMU.
2. Rasio
defisit anggaran tidak lebih dari 3% dari GDP.
3. Rasio
utang terhadap GDP tidak boleh lebih dari 60%.
4. Fluktuasi
kurs atas dasar marjin normal yang sedikitnya dua tahun tidak terjadi devaluasi
dengan inisiatif sendiri atas mata uang negara Eropa lain.
5. Suku
bunga nominal jangka panjang tidak boleh melebihi 2% point di atas suku bunga
tiga negara anggota yang memiliki tingkat inflasi terbaik.
Embrio mata uang Eropa yang disebut Unit
Mata Uang Eropa (European Currency Unit = ECU) yang nilai kursnya didasarkan
pada bobot pada masing-masing mata uang dari seluruh negara anggota sesuai
dengan nilai tukarnya masing-masing.
Mekanisme pemberlakuan mata uang Euro dilakukan melalui beberapa tahapan.
Pemberlakuan secara resmi dilakukan pada tanggal 1 Januari 1999 yang dilakukan
di 11 negara dari 15 negara anggota Uni Eropa yaitu Austria, Belanda, Belgia,
Finlandia, Irlandia, Italia, Jerman, Luksemburg, Perancis, Portugal dan Spanyol.
Dan secara bertahap beberapa negara Eropa lainnya menyusul menjadi negara
anggota Uni Eropa. Sebelum menjadi mata uang penuh, pada tahap awal pelaksanaan
yaitu waktu antara 1 Januari 1999 sampai Desember 2001 diberlakukan kurs tetap
antara Euro dengan mata uang 11 negara tersebut. Sehingga Euro akan beredar
secara berdampingan dengan mata uang 11 negara tersebut dan perhitungan
transaksi dilakukan dengan mata uang lokal dan Euro. Selanjutnya dalam rentang
waktu antara Januari 2002 sampai akhir Juni 2002 mata uang Euro digunakan
secara efektif dalam transaksi perdagangan disamping dengan mata uang lokal dan
secara bertahap mata uang lokal ditarik dari peredaran diganti dengan mata uang
Euro. Jadi mata uang Euro mulai beroperasi secara penuh pada tanggal 1 Juli
2002 menggantikan mata uang lokal sebagai alat transaksi dari negara-negara
anggota. Massa transisi dari mata uang lokal ke mata uang Euro menimbulkan
persoalan yang kompleks di pasar saham dan pasar uang. Nilai tukar Euro
ditetapkan pada tanggal 1 Januari 1999 pada posisi 1,1 US $ - 1,2 US $ per
Euro. Sedangkan konversi Euro terhadap mata uang negara pendukung lainnya untuk
tiap 1 Euro ditetapkan sebesar :
·
6,55957 Franc (Perancis)
·
1,95583 Mark (Jerman)
·
0,787564 Punt (Irlandia)
·
1.936,27 Lira (Italia)
·
40,3399 Frank (Belgia/Luksemburg)
·
166,386 Peseta (Spanyol)
·
2,20371 Gulden (Belanda)
·
13,7603 Schilling (Austria)
·
200,482 Escudo (Portugal)
·
5,94573 Mark (Finlandia)
Pada saat yang sama Euro ditetapkan
nilainya terhadap Dollar AS sebesar 1,16675 dan terhadap Yen Jepang sebesar
132,80. Implikasi pemberlakuan Euro terhadap perekonomian Indonesia akan
meningkatkan transparansi harga di negara-negara anggota EMU karena memiliki
standar harga yang sama. Disamping itu komponen transactional cost dapat ditekan karena pembayaran ekspor tanpa
mata uang perantara di negara yang menerapkan Euro. Dengan kondisi seperti ini
memberikan peluang lebih luas bagi para
pelaku ekonomi perdagangan internasional disamping itu negara tujuan ekspor
untuk kawasan Eropa menjadi lebih luas dan bervariasi karena menggunakan mata
uang yang lebih konvertibel. Pemberlakuan mata uang Euro juga diyakini akan
menstabilkan mata uang negara-negara Eropa sehingga pada gilirannya dapat
mendorong iklim pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Kondisi seperti ini pada
akhirnya dapat meningkatkan permintaan barang-barang ekspor asal Indonesia
disamping juga meningkatkan persaingan antar negara eksportir untuk
memperebutkan pasar di kawasan Eropa. Jadi penyatuan mata uang Eropa akan
meningkatkan peluang ekspor Indonesia artinya aktivitas ekspor menjadi lebih
mudah dan lebih murah karena dengan mata uang yang lebih konvertibel biaya
ekspor dapat lebih efisien. Sedangkan bagi importir juga memberikan keuntungan
ekonomis karena memberikan ruang gerak yang lebih leluasa bagi pengusaha untuk
mendistribusikan resiko mata uangnya yang selama ini didominasi mata uang
Dollar AS. (Imamudin Yuliadi, 2008 : 35-36).
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang
menyangkut dimensi ekonomi dan non-ekonomi seperti aspek sosial, politik, dan
budaya masyarakat. Sehingga kategorisasi inflasi dapat dilihat dari beberapa
dimensi yaitu inflasi berdasarkan sifatnya, besarnya laju inflasi, sumber
asalnya dan berdasarkan faktor penyebabnya.
Pengertian saham menurut (M. Paulus
Sitomorang, 2008 : 45) adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan
perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa :
1. Deviden
yaitu bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham.
2. Capital
Gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya.
Manfaat non finansial antara lain berupa
konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya
hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Faktor yang
Mempengaruhi Harga Saham
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga
saham, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor
Internal (Lingkungan Mikro)
§ Pengumuman
tentang pemasaran, produksi, penjualan, rincian kontrak, penarikan produk baru,
perubahan harga, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan
penjualan.
§ Pengumuman
pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
§ Pengumuman
badan direksi manajemen, seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen
dan struktur organisasi.
§ Pengumuman
ketenagakerjaan, seperti negosiasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
§ Pengumuman
pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas,
laporan take over oleh pengakuisisian
dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
§ Pengumuman
investasi, seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan
usaha lainnya.
§ Pengumuman
laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal
dan setelah akhir tahun fiskal, earning
per share (EPS), price earning ratio
(PER), net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
2. Faktor
Eksternal (Lingkungan Makro)
§ Pengumuman
dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs
valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
§ Pengumuman
industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan
atau penundaan trading.
§ Pengumuman
hukum, seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya
dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
§ Gejala
politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang
mempunyai pengaruh yang signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di
bursa efek suatu negara.
§ Berbagai
isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.
Metode Penelitian
Data
yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah :
1)
Variabel bebas atau tidak terikat adalah
kurs euro dan tingkat inflasi periode Januari 2011 sampai Desember 2011.
2)
Variabel tidak bebas atau terikat adalah
pergerakan harga saham PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. periode Januari 2011
sampai Desember 2011.
Metode
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh dan mandapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan ilmiah
ini, penulis menggunakan metode field research atau penelitian lapangan dimana
data-data yang diperoleh memakai data sekunder yang didapat dari beberapa situs
yang ada di internet. Mengenai laporan harga saham PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia dan mengenai kurs euro
diperoleh melalui situs resmi Bank Indonesia serta tingkat inflasi diperoleh
melalui situs resmi Badan Pusat Statistik.
Alat Analisis Yang Digunakan
Untuk
menguji hipotesis yang akan diuji tentang kekuatan variabel bebas (independent variable) yaitu kurs euro
dan inflasi terhadap variabel terikat (dependent
variable) yaitu harga saham. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda (multiple
regression analysis model).
Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh beberapa variabel bebas terhadap
satu variabel tak bebas, dan juga untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh beberapa variabel bebas terhadap satu variabel tak bebas.
PEMBAHASAN
Tabel 1 Data Harga
Saham PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk. Periode Tahun 2011
BULAN
|
HARGA SAHAM
|
Januari
|
4,754
|
Februari
|
4,750
|
Maret
|
5,005
|
April
|
5,443
|
Mei
|
5,538
|
Juni
|
5,422
|
Juli
|
5,967
|
Agustus
|
6,368
|
September
|
5,311
|
Oktober
|
5,281
|
November
|
4,886
|
Desember
|
4,689
|
Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
Tabel 2 Data Kurs Euro terhadap Rupiah Periode Tahun
2011
BULAN
|
KURS EURO
|
Januari
|
12108,76
|
Februari
|
12230,94
|
Maret
|
12314,57
|
April
|
12534,45
|
Mei
|
12352,65
|
Juni
|
12383,95
|
Juli
|
12241,19
|
Agustus
|
12258,89
|
September
|
12076,30
|
Oktober
|
12232,67
|
November
|
12274,77
|
Desember
|
12020,62
|
Sumber : Bank Indonesia
(www.bi.go.id)
Tabel 3 Data Tingkat Inflasi Periode Tahun 2011
BULAN
|
TINGKAT INFLASI
|
Januari
|
0.89
|
Februari
|
0.13
|
Maret
|
-0.32
|
April
|
-0.31
|
Mei
|
0.12
|
Juni
|
0.55
|
Juli
|
0.67
|
Agustus
|
0.93
|
September
|
0.27
|
Oktober
|
-0.12
|
November
|
0.34
|
Desember
|
0.57
|
Sumber : Badan Pusat Statistik
(www.bps.go.id)
Hasil Analisis Pengaruh
Kurs Euro dan Tingkat Inflasi terhadap Harga Saham
Analisis
Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif merupakan bidang ilmu statistik yang mempelajari cara-cara
pengumpulan, penyusunan dan penyajian ringkasan data penelitian. Secara
harafiah, deskriptif berarti memberi gambaran, statistik deskriptif bertujuan
untuk memberikan gambaran dan menyajikan data. Data-data tersebut harus
diringkas dengan baik dan teratur, baik dalam bentuk tabel atau persentasi
grafik, sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan. Dalam analisis
statistik deskriptif ini, peneliti akan menguraikan dan menjabarkan hasil
perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) dan standar
deviasi dari harga saham PT. Indofood, kurs euro dan tingkat inflasi.
Nilai minimum merupakan nilai yang
terendah untuk setiap variabel, sedangkan nilai maksimum merupakan nilai yang
tertinggi untuk setiap variabel dalam penelitian. Nilai rata-rata (mean)
merupakan nilai rata-rata dari setiap variabel yang diteliti, sedangkan standar
deviasi adalah sebaran data yang digunakan dalam penelitian yang mencerminkan
data itu heterogen atau homogen yang bersifat fluktuatif. Dalam mengolah semua
data yang tersedia, peneliti menggunakan bantuan software SPSS 17.0 untuk memberikan hasil output baik
berupa tabel, grafik maupun bentuk lainnya. Hasil analisis statistik deskriptif
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel
4 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive
Statistics
|
|||||
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
|
Harga_Saham
|
12
|
4689.00
|
6368.00
|
5284.5000
|
514.11415
|
Kurs_Euro
|
12
|
12020.62
|
12534.45
|
12252.4800
|
140.66606
|
Tingkat_Inflasi
|
12
|
-.32
|
.93
|
.3100
|
.42776
|
Valid N (listwise)
|
12
|
Sumber : data diolah
dengan SPSS 17.0
Berdasarkan dari hasil analisis
statistik deskriptif menggunakan SPSS 17.0 yang menghasilkan output berupa
tabel diatas menyatakan bahwa pada kolom
N menunjukkan jumlah data yang diproses yang masing-masing variabel berjumlah
12.
Pada kolom minimum menunjukkan nilai
yang paling kecil dari data masing-masing variabel, yang pertama pada variabel
harga saham dimana nilai minimum dari variabel tersebut adalah 4689,00.
Variabel yang kedua pada variabel kurs euro dimana nilai minimum dari variabel
tersebut adalah 12.020,62. Variabel yang ketiga pada tingkat inlasi dimana
nilai minimum dari variabel tersebut adalah -0,32.
Pada kolom maximum menunjukkan nilai
terbesar dari data masing-masing variabel, yang pertama pada variabel harga
saham dimana nilai maximum dari variabel tersebut adalah 6368,00. Variabel yang
kedua pada variabel kurs euro dimana nilai maximum dari variabel tersebut
adalah 12.534,45. Variabel yang ketiga pada tingkat inflasi dimana nilai
maximum dari variabel tersebut adalah 0,93.
Pada kolom mean menunjukkan nilai
rata-rata di masing-masing variabel, yang pertama pada variabel harga saham
dimana nilai rata-rata dari variabel tersebut adalah 5284,50. Variabel yang
kedua pada variabel kurs euro dimana nilai rata-rata dari variabel tersebut
adalah 12.252,48. Variabel yang ketiga pada tingkat inflasi dimana nilai
minimum dari variabel tersebut adalah 0,31.
Pada kolom standar deviasi menunjukkan
nilai standar deviasi data, nilai standar deviasi dari variabel harga saham
adalah 514,11415 dan nilai standar deviasi dari
variabel kurs euro adalah 140,66606 sedangkan nilai standar deviasi dari
variabel tingkat inflasi adalah 0,42776.
Analisis
Pengujian Normalitas Data
Uji
normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel terikat
dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal. Analisis data
mensyaratkan data berdistribusi normal untuk menghindari bias dalam analisis
data. Data outlier (tidak normal) harus dibuang karena menimbulkan bias dalam interpretasi
dan mempengaruhi data lainnya. Cara untuk menguji normalitas data tersebut
yaitu dengan melakukan perumusan hipotesis pada uji normalitas data dan
mengambil keputusannya berdasarkan probabilitas.
·
Rumusan hipotesis untuk pengujian
normalitas data :
Ho : data memiliki distribusi normal
Ha : data tidak memiliki distribusi normal
·
Pengambilan keputusan berdasarkan
probabilitas :
Jika p-value
> 0,05, maka Ho diterima
Jika p-value
< 0,05, maka Ho ditolak
Tabel
5 Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
|
Sig.
|
Keputusan
|
Harga Saham
|
0,288
|
Ho diterima
|
Kurs Euro
|
0,864
|
Ho diterima
|
Tingkat Inflasi
|
0,603
|
Ho diterima
|
Sumber
: data diolah dengan SPSS 17.0
Dari tabel diatas, dapat diketahui
bahwa pada variabel harga saham mempunyai p-value yang lebih besar dari 0,05
yaitu sebesar 0,288 yang berarti Ho diterima dan data berdistribusi normal.
Pada variabel kurs euro mempunyai p-value yang lebih besar dari 0,05 yaitu
sebesar 0,864 yang berarti Ho diterima dan data berdistribusi normal. Pada
variabel tingkat inflasi mempunyai p-value yang lebih besar dari 0,05 yaitu
sebesar 0,603 yang berarti Ho diterima dan data berdistribusi normal. Dapat
disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki distribusi normal dan
dianggap telah mewakili populasi dari masing-masing variabel serta layak untuk
diolah lebih lanjut.
Analisis
Pengujian Asumsi Klasik
Dalam
pembuatan model regresi dicari nilai statistik (nilai sampel) yang dapat
digunakan untuk menduga parameter. Nilai statistik yang diperoleh merupakan
penduga parameter yang baik apabila tidak bias, memiliki presisi tinggi dan
konsisten. Untuk memenuhi ketiga syarat tersebut, maka persamaan regresi harus
terbebas dari adanya gejala penyimpangan dari asumsi klasik. Uji asumsi klasik
ini meliputi multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
Uji
Multikolinearitas
Uji
multikolinearitas merupakan uji yang ditunjukkan ditujukan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel
independen). Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi
multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas yaitu :
1. Nilai R2
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi
secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel tersebut.
2. Menganalisis
korelasi antar variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang
cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinearitas.
3. Multikolinearitas
dapat juga dilihat dari VIF, jika VIF < 10 maka tingkat multikolinearitas
dapat ditoleransi.
4. Nilai
Eigenvalue sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang mendekati nol
memberikan petunjuk adanya multikolinearitas
Dasar untuk menguji multikolinearitas
pada penelitian ini mengikuti cara untuk mendeteksi multikolinearitas pada
nomor 3 dan 4 dimana multikolinearitas dapat dilihat dari VIFnya dan nilai
eigenvalue yang mendekati nol. Dalam hal ini, peneliti merumuskan hipotesis
untuk uji multikolinearitas sebagai berikut :
·
Rumusan hipotesis untuk pengujian
multikolinearitas :
Ho : tidak ada multikolinearitas
Ha : ada multikolinearitas
·
Pengambilan keputusan berdasarkan
probabilitas :
Jika VIF < 10 dan nilai eigenvalue jauh dari nol,
maka Ho diterima
Jika VIF > 10 dan nilai eigenvalue dekat dari nol,
maka Ho ditolak
Tabel
6 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
|
VIF
|
Nilai
Eigenvalue
|
Keputusan
|
Kurs Euro
|
1,318
|
2,486
|
Ho
diterima
|
Tingkat
Inflasi
|
1,318
|
2,486
|
Ho
diterima
|
Sumber
: data diolah dengan SPSS 17.0
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa
kedua variabel independent tersebut memiliki nilai VIF sebesar 1,318 atau
kurang dari 10 dan nilai eigenvalue berada jauh dari nol yaitu sebesar 2,486
yang berarti keputusannya Ho diterima dan tidak adanya multikolinearitas. Maka
kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji tersebut yaitu dengan tidak adanya
multikolinearitas menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut tidak ditemukan
adanya korelasi dan model regresi tersebut dapat terhindar dari masalah
multikolinearitas.
Uji
Heterokedastisitas
Heterokedastisitas
menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
heterokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas karena data cross
section memiliki data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).
Salah satu cara untuk melihat adanya
problem heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Cara menganalisisnya
:
§
Dengan melihat apakah titik-titik
memiliki pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian
menyempit, jika terjadi maka mengindikasikan terdapat heterokedastisitas.
§
Jika tidak terdapat pola tertentu yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka
mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel 7 Hasil Uji
heterokedastisitas
Pada hasil penelitian, dapat diketahui bahwa
dari hasil output yang hanya berupa titik-titik dapat dianalisa dengan melihat
sebaran titik-titik yang acak diatas maupun dibawah 0 dari sumbu Y dan dapat
disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi ini.
Uji
Autokorelasi
Uji
autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik
autokorelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi. Tujuan uji autokorelasi juga digunakan
untuk mengetahui tentang ada atau tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan regresi linier. Apabila
terjadi korelasi maka menunjukkan adanya problem autokorelasi. Problem
autokorelasi mungkin terjadi pada data time series (runtut waktu), sedangkan
pada data crosssection (silang waktu), masalah autokorelasi jarang terjadi.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas autokorelasi atau
prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
regresi.
Salah satu cara untuk mendeteksi
autokorelasi atau metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
durbinwatson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
·
Angka DW dibawah -2 berarti ada
autokorelasi positif.
·
Angka DW dari -2 sampai +2 berarti tidak
ada autokorelasi.
·
Angka DW diatas +2 berarti ada
autokorelasi positif.
Dalam perhitungan dengan menggunakan
software SPSS 17.0, diketahui bahwa nilai dari hasil uji durbin-watson ini
adalah sebesar 1,013 yang berarti bahwa angka atau nilai DW dari pengujian ini
berada dalam angka -2 sampai dengan +2 dan dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
adanya autokorelasi dalam model ini dan tidak terjadinya penyimpangan yang
terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi.
Analisis Regresi
Linier Berganda Pada Harga Saham
Dari hasil pengolahan data menggunakan
software SPSS 17.0, didapat hasil
pengujian analisis regresi linier berganda dengan melihat pada tabel dibawah
ini : Tabel 8 Hasil Uji Analisis Regresi
Linier Berganda
Variabel
|
Unstandardized Coefficients
|
|
B
|
Std. Error
|
|
(constant)
|
-23087.167
|
13742.282
|
Kurs Euro
|
2.299
|
1.117
|
Tingkat Inflasi
|
670.429
|
367.298
|
Sumber
: data diolah dengan SPSS 17.0
Dengan melihat tabel tersebut dapat
diketahui hubungan antara variabel kurs euro terhadap rupiah Indonesia dan
variabel tingkat inflasi pada variabel harga saham. Persamaan regresi linier
berganda dapat dibentuk dengan menggunakan nilai yang terdapat pada kolom B,
dari nilai-nilai tersebut, persamaan regresi linier berganda yang dibentuk
adalah :
Y=-23087,167+2,299X1+670,429X2
Dari pengujian hasil regresi linier
berganda pada persamaan diatas dapat diketahui bahwa nilai konstanta adalah
sebesar -23087,167 yang artinya apabila tidak terdapat variabel independen
seperti kurs euro dan tingkat inflasi maka besarnya harga saham adalah sebesar
-23067,167 dengan asumsi besarnya variabel-variabel yang lain tidak ada
perubahan. Standard error adalah 13742,282 (satuan yang digunakan oleh variabel
dependen atau dalam hal ini adalah harga saham).
Koefisien regresi pada kurs euro pada
hasil pengujian ini adalah sebesar 2,299 yang artinya kurs euro memiliki
pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan, dimana apabila kurs euro
naik sebesar 1 euro maka harga saham perusahaan akan naik sebesar 2,299 dengan
asumsi variabel-variabel yang lain tidak berubah. Standar error adalah 1,117
(satuan yang digunakan oleh variabel dependen atau dalam hal ini adalah harga
saham).
Koefisien regresi pada tingkat inflasi
pada hasil pengujian ini adalah sebesar 670,429 yang artinya tingkat inflasi
memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan, dimana apabila
tingkat inflasi naik sebesar 1% maka harga saham perusahaan akan naik sebesar
670,429 dengan asumsi variabel-variabel yang lain tidak berubah. Standar error
adalah 367,298 (satuan yang digunakan oleh variabel dependen atau dalam hal ini
adalah harga saham).
Analisis
Pengujian Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Dalam
regresi linier berganda terdapat nilai koefisien determinasi. Koefisien
determinasi barganda (R2) dalam regresi linier berganda bertujuan
untuk mengetahui berapa besar peran atau kontribusi dari beberapa variabel
terikat (independent) yang terdapat dalam persamaan regresi tersebut dalam
menjelaskan nilai variabel bebas (dependent) dan besarnya koefisien determinasi
dari 0 sampai dengan 1.
Tabel
9 Hasil Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R
square
|
Std. Error
of the Estimate
|
1
|
0,602
|
0,362
|
0,220
|
453,93677
|
Sumber
: data diolah dengan SPSS 17.0
Dari hasil pengujian tersebut yang dapat
dilihat pada tabel diatas diketahui bahwa dalam regresi linier berganda, nilai
R sebesar 0,602 menunjukkan korelasi ganda yaitu antara kedua variabel
independen (kurs euro dan tingkat inflasi) dengan variabel dependen (harga
saham).
Nilai pada kolom Adjusted R Square
sebesar 0,220 menunjukkan besarnya peran atau kontribusi variabel independen
yaitu kurs euro dan tingkat inflasi hanya mampu menjelaskan variabel harga
saham sebesar 22% dan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
Analisis
Pengujian Parsial (Uji-t)
Uji
parsial atau uji-t adalah jenis pengujian statistik yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan dari nilai yang diperkirakan dengan nilai hasil
perhitungan statistik. Nilai perkiraan ini bermacam-macam asalnya, ada yang
kita tentukan sendiri, berdasar isu, nilai pernyataan dan lain-lain. Uji
parsial dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen berdasarkan
variabel control terhadap variabel dependen secara individu dengan tingkat
signifikan 5% dan dilihat yang paling kecil.
Cara untuk menguji parsial (uji-t)
tersebut yaitu dengan melakukan perumusan hipotesis pada masing-masing variabel
independen (kurs euro dan tingkat inflasi) terhadap variabel dependen (harga
saham) dan mengambil keputusannya berdasarkan probabilitas dan t hitung.
·
Pengambilan keputusan berdasarkan
probabilitas :
Jika p-value
> 0,05, maka Ho diterima
Jika p-value
< 0,05, maka Ho ditolak
·
Pengambilan keputusan berdasarkan t
hitung :
Jika t hitung > t tabel, maka Ho
diterima
Jika t hitung < t tabel, maka Ho
ditolak
Tabel
10 Hasil Uji-t
Variabel
|
t
|
Sig.
|
keputusan
|
Kurs Euro
|
2,058
|
0,070
|
Ho
diterima
|
Tingkat
Inflasi
|
1,825
|
0,101
|
Ho
diterima
|
Sumber
: data diolah dengan SPSS 17.0
1.
Analisis pengaruh kurs
euro terhadap harga saham
· Ho :
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs euro terhadap harga saham
PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk.
· Ha :
terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs euro terhadap harga saham PT.
Indofood Sukses Makmur,Tbk.
Dengan berdasar pada tabel hasil uji-t
diatas, dapat diketahui bahwa pada variabel kurs euro terdapat nilai p-value
sebesar 0,070 atau lebih besar dari 0,05 dan t hitung sebesar 2,058 atau lebih
besar dari t tabel yaitu 1,796 yang berarti Ho diterima dan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel kurs euro terhadap harga saham
PT.Indofood Sukses Makmur,Tbk. Hal ini disebabkan karena dalam operasional
perusahaan , kebutuhan akan pemakaian terhadap mata uang euro belum terlalu
diperlukan mengingat krisis utang yang melanda di kawasan Eropa, sehingga
variabel kurs euro tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan
yaitu PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk.
2. Analisis
pengaruh tingkat inflasi terhadap harga saham
· Ho :
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat inflasi terhadap harga saham
PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk.
· Ha :
terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs euro terhadap harga saham PT.
Indofood Sukses Makmur,Tbk.
Dengan berdasar pada tabel hasil uji-t
diatas, dapat diketahui bahwa pada variabel tingkat inflasi terdapat nilai
p-value sebesar 0,101 atau lebih besar dari 0,05 dan t hitung sebesar 1,825
atau lebih besar dari t tabel yaitu 1,796 yang berarti Ho diterima dan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat inflasi terhadap
harga saham PT.Indofood Sukses Makmur,Tbk. Hal ini disebabkan karena pada
periode tersebut tingkat inflasi berangsur-angsur pulih atau tidak menimbulkan
dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi terutama sektor pasar modal
terutama harga saham, sehingga variabel tingkat inflasi tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan yaitu PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk.
Analisis
Pengujian Simultan (Uji-f)
Analisis Uji simultan (Uji-f), digunakan
untuk menguji secara bersama-sama seluruh variabel independent mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependent. Demikian pula sebaliknya secara
bersama-sama variabel independent tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependent.
Dasar
pengambilan keputusan :
1. Pengambilan
keputusan berdasarkan probabilitas :
Jika p-value > 0,05, maka Ho
diterima
Jika p-value < 0,05, maka Ho
ditolak
2. Pengambilan
keputusan berdasarkan F-hitung :
Jika F-hitung > F-tabel, maka
Ho ditolak
Jika F-hitung < F-tabel, maka
Ho diterima
Tabel
11 Hasil Uji-f
Model
|
Sum of Square
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Regression
|
1052919,691
|
2
|
526459,845
|
2,555
|
0,132
|
Residual
|
1854527,309
|
9
|
206058,590
|
||
Total
|
2907447,000
|
11
|
Sumber
: data diolah dengan SPSS 17.0
Analisis
pengaruh kurs euro dan tingkat inflasi terhadap harga saham PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk.
·
Ho : tidak ada pengaruh antara kurs euro
dan tingkat inflasi terhadap harga saham PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.
·
Ha : ada pengaruh antara kurs euro dan
tingkat inflasi terhadap harga saham PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat
diketahui bahwa nilai p-value pada hasil uji-f ini adalah sebesar 0,132 atau
lebih besar dari 0,05 dan nilai f-hitung sebesar 2,555 atau lebih kecil dari
f-tabel sebesar 4,256 maka Ho diterima yang artinya tidak terdapat pengaruh
secara bersama-sama antara kedua variabel independen yaitu kurs euro dan
tingkat inflasi terhadap variabel dependen yaitu harga saham PT. Indofood
Sukses Makmur,Tbk.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
pada perumusan masalah dalam penulisan ilmiah ini, diperoleh suatu kesimpulan
dari semua pembahasan yang disesuaikan dengan hipotesis yang diuraikan sebagai
berikut :
1. Pengujian
statistik terhadap variabel kurs euro menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk. yang
ditunjukkan dengan hasil dari uji parsial atau uji-t yang menghasilkan p-value
sebesar 0,070 atau lebih besar dari 0,05 dan t hitung sebesar 2,058 atau lebih
besar dari t tabel yaitu 1,796 yang berarti Ho diterima dan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel kurs euro sebagai variabel independen
terhadap variabel harga saham PT.Indofood Sukses Makmur,Tbk sebagai variabel
dependen.
2. Pengujian
statistik terhadap variabel tingkat inflasi menunjukkan tidak adanya pengaruh
yang signifikan terhadap harga saham PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk. yang
ditunjukkan dengan hasil uji parsial atau uji-t yang menghasilkan p-value
sebesar 0,101 atau lebih besar dari 0,05 dan t hitung sebesar 1,825 atau lebih
besar dari t tabel yaitu 1,796 yang berarti Ho diterima dan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat inflasi sebagai variabel
independen terhadap variabel harga saham PT.Indofood Sukses Makmur,Tbk sebagai
variabel dependen dan dari uji koefisien determinasi dari hasil pengolahan
regresi linier berganda yang diketahui nilai pada Adjusted R Square sebesar
0,220 menunjukkan besarnya peran atau kontribusi variabel independen yaitu kurs
euro dan tingkat inflasi yang hanya mampu menjelaskan variabel harga saham
sebesar 22% dan sisanya atau sebesar 78% dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi harga saham.
3. Pengujian
statistik terhadap semua variabel independen yaitu variabel kurs euro dan
tingkat inflasi yang secara bersama-sama dilakukan pengujian terhadap variabel
dependen yaitu harga saham, menunjukkan tidak adanya pengaruh dari kedua
variabel independen tersebut secara bersama-sama terhadap variabel harga saham,
yang ditunjukkan dengan hasil uji-f yang menghasilkan p-value pada hasil uji-f
ini adalah sebesar 0,132 atau lebih besar dari 0,05 dan nilai f-hitung sebesar
2,555 atau lebih kecil dari f-tabel maka Ho diterima yang artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kedua variabel
independen yaitu kurs euro dan tingkat inflasi terhadap variabel dependen yaitu
harga saham PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk.
Saran
Berdasarkan pada kesimpulan dari
hasil keseluruhan analisis, penulis hanya memberikan saran mengenai analisis
ini yaitu bahwa masih banyak faktor-faktor yang akan mempengaruhi harga saham
suatu perusahaan baik yang datangnya dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan
itu sendiri, dan ternyata dari kedua faktor yang dianalisis hanya memberikan
pengaruh yang sedikit atau tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Irianto, Statistik :Konsep Dasar,
Aplikasi, dan Pengembangannya, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2004.
C.Trihendradi,
7 Langkah Mudah Melakukan Analisis
Statistik Menggunakan SPSS 17, Yogyakarta : CV.Andi Offset, 2009.
Imamudin Yuliadi, Ekonomi Moneter, Jakarta : PT. Macanan
Jaya, 2008.
Iskandar
Putong, Economics, Pengantar Mikro dan
Makro, Jakarta : Mitra Wacana Media,
2007.
M.
Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal,
Jakarta : Mitra Wacana Media, 2008.
Sadono
Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar,
Edisi Ketiga, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Subscribe to:
Postingan (Atom)